Belajar Bisnis dari Orang Minang - By Ippho Santosa

Weekend kemarin, saya dan mitra-mitra berada di Sumbar. Alhamdulillah. Tepatnya, berseminar di Payakumbuh, Bukittinggi, dan Padang. Kali ini kita akan membahas soal orang Minang. Sejarahnya dan etos kerjanya. 

“Sejarah memang penting, tapi yang lebih penting lagi adalah masa depan. Jika kita selalu membanggakan sejarah, kita bisa kehilangan masa depan,” sindir Wakil Presiden Jusuf Kalla suatu ketika. 


Saat itu ia berbicara di peresmian gedung baru milik Universitas Negeri Padang (UNP). Dan tulisan berikut ini diambil dari PadangKita dengan sedikit penyuntingan tanpa mengubah pesan utama.

JK yang paham sejarah mengingatkan bahwa orang Minang sebenarnya sangat digdaya dan berjaya di republik ini. Mulai dari peran besar dalam mendirikan republik, hingga mengisi pos-pos penting seperti diplomat.

Pengalaman JK saat bertugas ke berbagai negara, di mana berjumpa dengan berbagai diplomat. Dia miris, dulu karena kecakapan bicara, orang Minang mendominasi pos-pos diplomat, tapi sekarang tidak lagi.

Ungkap JK, zaman dulu di semua sektor pasti ada orang Minang. Di politik kalau ketua orang Jawa, sekjen pasti orang Minang. Bisnis pun sama, termasuk di perusahaan-perusahaan besar. Ada orang Minang seperti Hasyim Ning, co-founder PT Pembangunan Jaya.

JK menambahkan referensi, orang Minang masih menghegemoni sederet bidang hingga dekade tahun 1950-an dan 1960-an. Termasuk agama. Jika dulu Shalat Jumat di Jakarta, dari 10 khatib, pasti 8-nya orang Minang.

JK yang istrinya berdarah Minang mengingatkan bahwa orang Minang harus paham habitatnya yakni pendidikan, surau, dan pasar.

“Artinya, jika ingin memudarkan orang Minang, yah rusak pendidikan, surau dan pasarnya. Habislah orang Minang. Sebaliknya, jika ingin memajukan orang Minang, maka majukan pendidikan, surau dan pasarnya,” pesan blak-blakan dari JK.

Sedari dulu, kebanggaan Minang berbeda dengan daerah lain. Jika daerah lain, tokoh dan pahlawannya memegang pedang, tombak, atau keris. Semuanya senjata fisik. Tapi tidak begitu di Minang. Semua tokohnya mengandalkan ilmu pengetahuan. Senjatanya yah otak.

“Generasi Minang sekarang tidak ke surau lagi, karena di rumah ada TV, ada kenyamanan," ujar JK. Padahal untuk bersaing dan maju, modalnya hari ini adalah ilmu pengetahuan, kecerdasan, dan inisiatif. 

Dulu, orang Minang yang jumlahnya hanya 6% di Jakarta mampu membuka pusat-pusat perdagangan seperti Tanah Abang, Pasar Senen, Pasar Cipulir, Pasar Jatinegara, dan Pasar Blok M. Mendominasi. Tapi itu dulu.

Dengan kata lain, saat ini orang Minang secara khusus dan orang Indonesia secara umum, perlu introspeksi. Benar-benar introspeksi. Karena sebenarnya pesan dan peringatan ini berlaku untuk kita semua.

Sekian dari saya, Ippho Santosa. Semoga berkah berlimpah

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Belajar Bisnis dari Orang Minang - By Ippho Santosa"